Penghimpun :
Fauzi Hasan, Doctor of Management Information System, Doctor of Financial Management, Professor of Project Management-American Academy President of American Academy Asia Pacific.
baca artikel sebelumnya : VISI DAN GAGASAN MASA DEPAN SISTEM MONETER (REDEFINISI STRUKTURAL) - Bagian 1
Kemampuan sistem moneter untuk melakuan applications scaling, mendukung transaksi berbasis mata uang digital bank sentral (central bank digital currency-CBDC), mendukung sistem pembayaran cepat untuk ritel (fast payment services FPS) dengan kenyamanan yang lebih baik dan biaya yang lebih rendah, dengan tetap menjaga integritas sistem adalah karateristik utama sistem moneter berbasis digital. Desentralisasi dan teknologi ledger terdistribusi yang diizinkan (distributed ledger technology DLT) juga dapat memainkan peran konstruktif, misalnya ketika bank sentral bekerja sama dalam pengaturan multi-CBDC. Pelayanan pembayaran inovatif ini sepenuhnya kompatibel dengan kemampuan program, dan tokenisasi untuk mendukung pembayaran dan penyelesaian transaksi bisnis yang lebih cepat, lebih aman, dan lebih murah, baik di dalam maupun lintas batas. Dengan cara ini, sistem moneter masa depan akan dapat beradaptasi, dan memungkinkan inovasi sektor swasta yang berkembang sambil menghindari kelemahan dari suatu cryptosystem.
Penulis telah melakukan kajian atas teknologi yang digunakan dalam cryptosystem yang didasarkan pada data-data empiris, khususnya terkait DeFi (decentralized Financial system) yang mendasarkan pada penggunaan stablecoin sebagai cryptocurrency dan mendukung suatu DeFi ecosystem, dan ekosistem ini juga mendukung kegiatan keuangan konvesional, seperti pinjaman, perdagangan, dan asuransi. Platform pinjaman memungkinkan pengguna meminjamkan stablecoin mereka dengan bunga kepada peminjam yang memposting cryptocurrency lain sebagai jaminan. Pertukaran terdesentralisasi (decentralized exchange DEX) mewakili pasar tempat berlangsungnya transaksi antara pedagang cryptocurrency atau stablecoin, dengan harga yang ditentukan melalui eksekusi algoritma khusus, dan dipatok ke suatu mata uang tertentu (numeraire), seperti dolar AS, tetapi juga dapat menargetkan harga mata uang atau aset lain misalnya emas., dengan demikian TerraUSD stablecoin dalam penggunaannya sebagai cryptocurrency ini berusaha untuk mencapai nominal anchor yang optimum. Kegagalan TerraUSD (UST) menunjukkan adanya kerapuhan yang melekat pada beberapa versi stablecoin. Penggunaan UST berkembang pesat selama tahun 2021 hingga akhir tahun 2022 sehingga, dan sebelum keruntuhannya, UST merupakan stablecoin terbesar ketiga, dengan kapitalisasi pasar puncak sebesar USD18,7 miliar. Selain kekhawatiran langsung seputar stabilitas, cryptosystem memiliki keterbatasan yang bersumber pada mekanisme permissionless blockchain, disertai dengan adanya hambatan sistemik (system congestion) dan biaya operasi yang tinggi. Penelusuran masalah (root-cause-analysis) yang dilakukan oleh penulis terungkap bahwa fragmentasi terjadi karena faktor insentif sistem bukan karena teknologi yang digunakan. Secara keseluruhan, cryptosystem memberikan sekilas kemungkinan teknologi yang menjanjikan, tetapi tidak dapat memenuhi semua tujuan utama dari suatu sistem moneter digital (digital monetary system), hal ini dikarenakan adanya kekurangan yang melekat terkait stabilitas, efisiensi, akuntabilitas dan integritas yang hanya dapat diatasi oleh regulasi.
Secara keseluruhan, cryptosystem memberikan sekilas kemungkinan teknologi yang menjanjikan, tetapi tidak dapat memenuhi semua tujuan utama dari suatu sistem moneter digital, karena adanya kekurangan dalam hal stabilitas, efisiensi, akuntabilitas dan integritas yang hanya dapat diatasi dengan regulasi. Pada dasarnya,
cryptosystem dan stablecoin mengarah pada sistem moneter yang terfragmentasi dan rapuh, dimana sumber kelemahan ini berasal dari insentif ekonoyang mendasarinya, bukan dari kendala teknologi.,dan yang tidak kalah penting kelemahan ini akan tetap ada bahkan dengan ditentukannya regulasi dan pengawasan yang ditujukan untuk mengatasi masalah ketidakstabilan keuangan dan risiko kerugian yang tersirat dalam cryptosystem.
Sistem moneter masa depan harus menggabungkan kemampuan teknologi baru dengan representasi superior dari uang bank sentral, dimana sistem ini akan didasarkan pada kepercayaan pada mata uang, keunggulan teknologi digital baru yang mendukung interoperabilitas (interoperability) dan dukungan jaringan telekomunikasi. Hal ini memungkinkan sistem pembayaran baru untuk mengukur dan melayani kegiatan ekonomi riil. Dengan demikian, sistem ini dapat beradaptasi dengan adanya tuntutan baru.
Bank sentral diposisikan secara unik untuk menyediakan fungsi inti dari sistem moneter masa depan, karena salah satu peran fundamentalnya adalah menerbitkan uang bank sentral, yang berfungsi sebagai satuan hitung dalam perekonomian.
Peran mendasar kedua dari bank sentral, berdasarkan pada yang pertama, adalah menyediakan sarana untuk penyelesaian akhir pembayaran dengan menggunakan neraca yang dikelola. Bank sentral adalah perantara tepercaya yang mendebet dan mengkredit rekening, setelah akun didebit dan dikreditkan dengan cara ini, pembayaran bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.
Peran ketiga, bank sentral adalah mendukung kelancaran fungsi sistem pembayaran dengan menyediakan likuiditas yang cukup untuk proses settlement. Penyediaan likuiditas tersebut memastikan tidak ada kemacetan yang akan menghambat kerja sistem pembayaran ketika pembayaran tertunda karena pengirim sedang menunggu dana masuk.
Peran keempat bank sentral adalah menjaga integritas sistem pembayaran melalui pengaturan dan pengawasan. Banyak bank sentral juga memiliki peran dalam mengawasi dan mengatur bank komersial dan entitas utama lainnya dari sistem pembayaran. Fungsi-fungsi yang saling terkait dari bank sentral ini menempatkannya pada posisi yang kondusif untuk menyediakan landasan bagi layanan sektor swasta yang inovatif.
Pandangan masa depan penulis, bahwa sistem moneter masa depan dibangun di atas pembagian peran antara bank sentral sebagai penyelenggara platform sistem digital dan entitas sektor swasta yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pelanggan. Selain pembagian kerja tradisional ini muncul standar baru seperti antarmuka pemrograman aplikasi (application program interface API, ) yang sangat mendukung interoperabilitas layanan dan efeknya pada jaringan terkait, sistem
moneter membutuhkan kemampuan teknis baru yang mencakup kemampuan dalam pemerograman, kemampuan menyusun proses bisnis, dan tokenisasi, yang sejauh ini telah dikaitkan dengan cryptosystem. Visi yang disampaikan akan terkait dengan struktur dan komponen sistem moneter yang dapat memberikan pelayanan operasional yang terpadu. Pada tingkat pusat (wholesale) central bank digital currencies (CBDCs) dapat memberikan kemampuan baru pada sistem moneter dan memungkinkan terjadinya transaksi antara perantara keuangan (financial intermediaries). Sistem moneter berbasis distributed ledger technology (DLT) ini, akan memberikan kemampuan Programmability dan settlement transaksi secara rinci dan tepat waktu. Sistem moneter masa depan juga dilengkapi dengan kemampuan Composability yang memungkinkan sejumlah fungsi yang berbeda dapat digabungkan dan dijalankan bersama, sehingga memfasilitasi komposisi transaksi lingkup jaringan yang lebih luas yang melibatkan banyak bank sentral dan mata uang (multi-CBDC arrangements). Kemampuan melakukan Tokenisation yang mendukung transaksi deposit ditataran jaringan perbankan. Infrastruktur teknologi informasi sistem moneter masa depan akan sangat tergantung pada ketersedian data architecture digital yang mendukung pertukaran data yang aman, infrastruktur yang bersifat open platform yang akan memberikan efisiensi operasi sistem dan dukungan persaingan kompetitif bagi penelenggara PSP sektor swasta, sehingga memfasilitasi biaya yang lebih rendah dalam layanan pembayaran. Terdapatnya fitur design inclusive, dapat memfasilitasi kegiatan financial inclusion bagi pengguna yang saat ini tidak memiliki akses pembayaran digital.
Sistem moneter adalah landasan penting bagi perekonomian, dimana setiap kali rumah tangga dan bisnis melakukan pembayaran transaksi keuangan, mereka menempatkan kepercayaan mereka pada keamanan uang dan sistem pembayaran sebagai suatu aset publik, dan mempertahankan kepercayaan ini (public trust) merupakan inti dari mandat yang diberikan oleh bank sentral.
Berdasasr pada kepercayaan ini, sistem moneter harus memenuhi sejumlah tujuan utama untuk melayani masyarakat, dimana pelayanan yang diberikan harus aman dan stabil, dan entitas terkait harus bertanggung jawab atas interaksinya dengan sistem moneter, dengan demikian integritas sistem dapat terjamin, terselenggaranya transaksi yang cepat, andal, dan murah harus mendorong efisiensi terkait financial inclusion, sementara hak pengguna atas privasi dan kendali atas data harus dijunjung tinggi, lebih jauh lagi dalam dunia yang selalu berubah dan terhubung secara global, sistem moneter harus dapat beradaptasi dan terbuka.
Kemitraan pihak publik (pemerintah) dan swasta pada jalur ini dapat membuat sistem moneter lebih mudah beradaptasi dan terbuka lintas batas. Penulis kiranya dapat memprediksi bahwa satu dekade setelah implementasi sistem moneter digital, pengguna dapat menikmati pembayaran real-time yang berbiaya rendah, dan pembayaran lintas batas yang bersifat seamless, demikian pula akan selalu ada kebutuhan berkelanjutan terkait design infrastruktur dan regulasi.
Sang Penghimpun.
Post a Comment